Dari Pilot Tempur Jadi Raja Alat Berat: Kisah Inspiratif Met Hamami

Jumat, 05 Desember 2025

    Bagikan:
Penulis: Samuel Irvanda
Met Hamami membuktikan bahwa kegagalan bukan akhir, dengan berjualan es lilin lalu membangun Trakindo menjadi distributor alat berat Caterpillar terkemuka. (Facebook / PT Trakindo Utama)

Jakarta - Dalam dunia bisnis Indonesia, sedikit nama yang memiliki kisah transformasi sedramatis Achmad Hadiat Kismet "Met" Hamami. Sosoknya melambangkan ketangguhan sejati: seorang mantan pilot tempur dan kolonel termuda yang memulai bisnis dari titik terendah, menghadapi ujian kehilangan penglihatan, dan akhirnya berhasil membangun salah satu kelompok bisnis alat berat paling berpengaruh di negeri ini. Kisahnya bukan sekadar tentang akumulasi kekayaan, melainkan tentang kemampuan bangkit dan beradaptasi di setiap tikungan kehidupan.

Setelah memutuskan pensiun dini dari militer pada 1970 karena alasan prinsip, Hamami menghadapi realita hidup yang keras. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia tak segan melakukan pekerjaan apa saja. Ia menjadi guru les matematika dan bahkan berjualan es liling keliling di kawasan Kwitang, Jakarta. Momen-momen sulit ini justru mengasah karakter dan kerendahan hatinya, mengajarkannya nilai uang dan ketekunan dari level paling dasar, jauh dari gemerlap pangkat kolonel yang pernah disandangnya.

Peluang emas datang ketika reputasinya yang bersih selama berdinas menarik perhatian Caterpillar. Perusahaan raksasa alat berat tersebut sedang mencari mitra distributor baru di Indonesia dan melihat integritas Hamami sebagai aset yang tak ternilai. Pada 1970, dengan keyakinan dan dukungan Caterpillar, lahirlah PT Trakindo Utama. Inilah awal mula sebuah perjalanan panjang yang akan mengubah wajah industri alat berat nasional.

Visi Hamami tidak berhenti pada penjualan unit alat berat semata. Ia memahami bahwa untuk tumbuh berkelanjutan, dibutuhkan ekosistem pendukung yang kuat. Oleh karena itu, ia mendirikan berbagai perusahaan pendamping. Ia membangun fasilitas pelatihan operator (Jatiluhur Training Center), perusahaan fabrikasi komponen (PT Sanggar Sarana Baja), penyedia pembiayaan (PT Chandra Sakti Utama Leasing), hingga perusahaan kontraktor pertambangan. Langkah-langkah strategis ini menciptakan rantai nilai yang lengkap dan membuat Trakindo tidak sekadar distributor, tetapi mitra solusi yang komprehensif.

Ujian terberat datang di puncak kesuksesannya. Pada 1999, Hamami didiagnosa mengalami glaukoma yang menyebabkan ia kehilangan penglihatannya. Bagi banyak orang, ini bisa menjadi akhir dari segala aktivitas. Namun, Hamami memilih untuk tetap menjadi pemimpin dengan cara yang berbeda. Ia mengandalkan ingatan, intuisi bisnisnya yang tajam, dan kepercayaannya yang besar pada anak-anaknya untuk mengelola operasional sehari-hari.

Proses regenerasi kepemimpinan pun dilakukan dengan cermat. Putra sulungnya, Muki Hamami, dipersiapkan untuk memimpin induk usaha, Grup Tiara Marga Trakindo. Putra lainnya, Bani Hamami, mengambil alih kendali PT Trakindo Utama sebagai distributor inti. Sementara putrinya, Mia (Mivida) Hamami, mengembangkan lini bisnis baru di bidang properti dan ritel melalui MahaDasha. Transisi ini berjalan mulus berkat pembinaan dan kepercayaan yang dibangun Hamami sejak lama.

Warisan terbesar Met Hamami bukan hanya pada perusahaan yang ia tinggalkan, tetapi pada pola pikir dan etos kerja yang ia tanamkan. Ia membuktikan bahwa latar belakang militer bisa menjadi fondasi disiplin yang kuat di dunia bisnis, bahwa integritas adalah mata uang yang paling berharga, dan bahwa tantangan seberat apa pun bisa diatasi dengan ketekunan dan dukungan keluarga yang solid. Kisah hidupnya tetap menjadi sumber inspirasi bagi para calon pengusaha dan generasi muda Indonesia.

(Samuel Irvanda)

Baca Juga: Pembersihan Sektor Tambang: Menteri ESDM Ancam Cabut Izin Perusahaan Nakal
Tag

    Bagikan:

Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.